Selasa, 01 November 2011
Cara Budidaya Lele Organik
Ikan lele organik mempunyai beberpa kelebihan dari lele non organic. Terutama dari segi penghematan biaya pakan, rasa , dan manfaatnya untuk kesehatan.
Budidaya ikan lele sudah ada dimana-mana karena memang banyak sekali peminatnya, namun tidak sedikit yang gulung tikar sebab harga pakan lele terus melambung. Harga pakan lele yang mahal tak sebanding dengan hasil panen dan jerih payahnya.
Akan tetapi bagi peternak lele organik, mahalnya harga pakan tidak jadi soal. Sebab memang mereka tidak menggunakan pakan yang mahal itu, tapi membuat pakan sendiri dari kotoran sapi. Oleh karena itu banyak sekali yang bertanya tentang Cara budidaya lele organik.
Budidaya lele dengan pakan organik dari kotoran sapi banyak sekali manfaatnya. Diantaranya adalah :
1. Kandang sapi menjadi lebih bersih.
2. Hemat biaya perawatan.
3. Air kolam tidak berbau busuk.
4. Tidak perlu mengganti air kolam.
5. Lele organik mempunyai rasa yang lebih gurih.
6. Memberi pendapatan tersendiri bagi peternak sapi disekitar.
7. Bobot ikan lele lebih berat dan harga jualnya lebih tinggi.
8. Lebih aman untuk kesehatan.
9. Nilai gizinya lebih tinggi dan kolesterolnya lebih rendah.
10. Air bekas budidaya lele organik sangat baik untuk memupuk tanaman.
11. Dan masih banyak lagi.
Budidaya ikan lele organik sangat hemat biaya, sebab harga pakan lele pabrikan yang berbentuk pellet harganya terus mengalami kenaikan, saat ini sudah di atas Rp.8.000 . Sedangkan harga pakan lele organik Cuma Rp.2.000 perliter.
Perbandingan
Untuk 1 ton ikan lele siap konsumsi, pakan yang dibutuhkan jika menggunakan pellet bisa mencapai 1 ton. Sedangkan jika menggunakan pakan organik Cuma membutuhkan 2.300 liter.
Bobot ikan lele organik juga lebih berat dari non organik. Satu kilo gram ikan lele non organik, umumnya isinya berjumlah 8 sampai 9 ekor. Sedangkan lele organik jumlah perkilo gramnya hanya 7 sampai 8 ekor.
Cara budidaya lele organik ada beberapa tahap :
Tahap kesatu :
Penebaran benih kedalam koalam yang telah berisi air yang sudah dicampur dengan kotoran sapi yang sudah di komposing selama sebulan, kemudidan kotoran yang sudah di komposing tadi dimasukkan dalam karung goni yang tertutup rapat sebanyak tiga karung.
Kemudian tiga karung berisi kotoran sapi komposing tadi dimasukkan dalam air.
Tahap kedua :
Ketika benih lele berumur 2 minggu, lakukan penyeleksian untuk benih yang berumur 4-5 milimeter. Benih dipisahkan dalam kolam lain selama dua minggu hingga mencapai panjang 10 milimeter. Setelah dua minggu berikutnya dilakukan seleksi lele untuk ukuran 20 milimeter.
Tahap selanjutnya yaitu pencampuran pupuk organik dari kotoran sapi tersebut secara langsung artunya tidak memakai karuyng namun pakan organik yang berupa cairan langsung disiramkan kedalam air di kolam hingga tingginya bertambah 20 centimeter. Pemberian kotoran sapi ini dalam proses budidaya lele organik adalah untuk mneghasilkan pakan organik berupa plankton dari kotoran sapi tersebut.
Tahap budidaya lele yang terakhir adalah masa pemanenan lele organik. Lele organik siap dipanen pada minggu kedelapan. Cara pemanenan lele organik sama halnya dengan pemanenan lele biasa alias tidak ada perlakuan khusus.
Cara membuat pakan lele organik
Saya tahu, poin yang terahir ini yang paling anda tunggu bukan…he…he…he..Baiklah, cara membuat pakan lele organik sangat mudah sekali.
Kumpulkan limbah kotoran sapi ke dalam bak yang dicampur air beserta enzim bakteri silanace (sejenis obat untuk penguraian kotoran sapi bisa anda dapatkan di toko pertanian terdekat)untuk mempercepat proses penguraian kotoran sapi. Selang lima hari kemudian, dengan proses aerasi, kotoran sapi yang telah berbentuk cairan siap diberikan ke ikan lele dengan cara di siramkan.
Nah sangat mudah bukan..? Intinya anda harus punya kolam atau bak khusus untuk pembuatan pakan organik seperti keteranga diatas.Di coba saja dulu…anda pasti akan menemukan teori sendiri dari pengalaman anda. Jika anda tak punya sapi, anda bisa mendapatkannya dari para peternak sapi yang ada di sekitar anda. Untuk lebih jelasnya tentang pembuatan pakan lele organik bisa anda download videonya di link berikut :
http://humpussintermoda.co.id/video-pakan-lele-organik-kediri?id=20100001976
Demikian semoga bermanfaat dan selamat mencoba.
Teknologi Pembuatan Pakan Ikan Dengan Penerapan Bioteknologi Nt 45
Tujuan pengembangan teknologi dibidang pembuatan pakan ikan adalah:Memperkenalkan kepada nelayan tentang teknologi tepat guna yang bersifat ramah lingkungan untuk kembali ke alam (back to nature) dengan menerapkan Bioteknologi NT 45. Membantu petani/nelayan memproduksi pakan ikan dengan biaya terjangkau.
Adapun manfaat yang diperoleh dari pengembangan teknologi ini yaitu diharapkan dengan menerapkan teknologi tepat guna bioteknologi NT 45 akan meningkatkan pendapatan petani/nelayan di daerah pesisir, mengurangi ketergantungan petani/nelayan terhadap pakan ikan impor, serta sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah dan pusat dalam pengembangan kebijakan bidang budidaya perikanan khususnya bidang pengembangan pakan ikan.
Pendahuluan
Produk bioteknologi yang didatangkan sendiri diluar ataupun yang dikembangkan sendiri oleh berbagai investasi maupun perusahaan masih merupakan produk parsial belum menjadi produksi dalam satu rangkaian program seperti pertanian secara khususnya bidang perikanan secara utuh. Mulai dari pengolahan tanah, membuat pupuk, anti hama dan anti virus serta pengawetan hasil produksi.
Pada tahun 1997 kondisi moneter di Indonesia mulai menampakkan gejala yang semakin hari semakin terpuruk dan berpuncak pada Tahun 1998 ekonomi Indonesia betul-betul sudah sekarat. Maka tim NT 45 mencoba menerapkannya Bioteknologi NT 45 dan telah memberikan solusi di bidang Lingkup Pertanian untuk menurunkan biaya produksi dan menaikkan kualitas produksi.
Usaha perikanan darat merupakan usaha masyarakat yang sangat potensial karena nusantara ini kaya akan sumber daya air, khususnya sumatera barat yang dijajari oleh Bukit Barisan dan merupakan hulu dari berpucuk sungai yang rata-rata bermuara ke Pantai Barat.
Perikanan darat di Sumatera Barat selama ini menjadi primadona usaha petani sehingga mampu mensuplai daerah Riau, Jambi dan sebagian Sumatera Utara. Karena disamping mempunyai sungai yang banyak juga mempunyai danau yang luas dan banyak; tetapi sekarang jumah petani ikan menurun secara drastic yang biasa kita lihat di daerah-daerah Kawasan Pesisir seperti Kabupaten Padang Pariaman dan Kabupaten Pesisir Selatan, sehingga bangunan ikan kolam air deras yang tadi merupakan penghasil ikan terbanyak sekarang menjadi bangunan berlumut. Danau Maninjau yang tadinya menjadi Industri Perikanan Ikan Darat dengan produksi puluhan ton per hari, namun sekarang kita lihat banyak keramba lapuk terapung di atas danau menunggu sebuah harapan baru untuk hidup kembali.
Selama bertahun-tahun masyarakat perikanan hidup dengan pakan ikan dari pabrik bermacam-macam merk. Sekarang tidak sesuai lagi karena tingginya harga pellet dibanding penjualan ikan; contoh Biaya Produksi Perikanan Darat untuk 1 Kg ikan konsumsi: Pakan 2 Kg x Rp. 4.000,- = Rp. 8.000.000,- ; Upah kerja (20 - 25%); Penyusutan investasi jala apung setiap produksi 5%; Total biaya produksi: Penjualan ikan ditempat (Rp. 10.500,00 - Rp. 11.000,00) Kg; Kalau kita ambil upah + investasi 25%; Pakan menjadi 72%; Biaya Produksi menjadi 97% sehingga sudah tidak layak lagi bagi petani untuk menjadi pelaku ekonomi artinya masyarakat hanya sebagai buruh penjual pakan ikan.
Persoalan pakan merupakan tiang utama di dalam usaha petani ikan, walaupun kualitas bibit ikan juga merupakan bagian terpenting. Teknologi NT 45 telah mengembangkan sebuah Perikanan Darat dengan pembesaran ikan melalui pengembangan zoo plankton dan memperkaya unsur tanah kolam. Dan ternyata setelah ± 5 tahun berjalan, pakan industri pabrik mulai tidak layak bagi masyarakat. Petani yang tadinya dididik melalui program kerjasama NT 45 dengan UNDP Tahun 1999 kembali mengingat apa yang mereka terima dahulunya bersama petani ketika di Sijunjung.
Permasalahan yang akan ditangani adalah untuk menjawab hambatan masalah mahalnya pakan ikan sehingga biaya produksi menjadi besar. Untuk menjawab ini maka telah ditemukan teknologi yang dihasilkan lebih kurang 10 (sepuluh) tahun yaitu berupa bioteknologi NT 45 dengan penemunya Ir. Darmansyah, MSc.
Kegiatan ini kami usulkan dilatar belakangi, karena jangan sampai hasil temuan tersebut jatuh ketangan kapitalis untuk kepentingan orang seorang tertentu. Niat ini adalah sebagai sumbangan dan wujud nyata kegiatan kami ke dalam kehidupan masyarakat luas, agar temuan tersebut berguna untuk orang banyak.
Untuk meningkatkan ekonomi dari petani/nelayan, sudah banyak usaha yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh nelayan itu sendiri. Salah satunya adalah usaha tambak ikan air payau, namun usaha ini belum bisa menjawab persoalan yang dialami, karena usaha tersebut membutuhkan biaya produksi yang tinggi, terutama dari penggunaan pakan berupa pellet dan sulitnya pemasaran hasil panen.
Tingginya biaya produksi diakibatkan oleh penggunaan bahan yang tidak sesuai atau pengetahuan yang minim, sehingga keluar dari jalur pemakaian itu sendiri atau tidak adanya tenaga ahli yang mendampingi usaha tersebut dipanen, seringkali petani/nelayan masih menjumpai permasalahan pada pemasarannya. Sulitnya pemasaran mengakibatkan kerugian yang besar dan bertambahnya biaya produksi.
Untuk itu, maka dibutuhkan sebuah unit usaha kelompok petani/nelayan yang didampingi oleh tenaga ahli, sehingga akan menciptakan support program untuk menerapkan teknologi tepat guna, khususnya dengan penerapan aplikasi bioteknologi NT 45 dalam tambak, transparansi manajemen kelembagaan dan dukungan financial.
Pemakaian NT 45 untuk usaha perikanan akan dititik beratkan pada system pemelilaaraan yang alami yaitu dengan kolam konvensional dimana tanah bahagian bawah kolam diolah dan diberi pupuk organic (kompos) yang akan menjadi pakan bernutrisi tinggi. Akibatnya jasad renik kolam akan meningkat dan memperkaya protein alami yang bermutu tinggi. Sehingga kualitas dan mutu daging ikan akan lebih baik dan biaya pakan akan lebih murah serta ikan akan cepat besar.
Keunggulan yang lain dengan penerapan Bioteknologi NT 45 adalah mengembalikan keseimbangan ekosistem dengan menerapkan prinsip-prinsip kembali ke alam (back to nature). Terlebih sekarang ini kesadaran konsumen akan kesehatan semakin tinggi, hal ini akan memberikan peluang kepada petani/nelayan untuk memproduksi produk-produk secara organic sudah semakin menjadi kebutuhan konsumen. Dampak penerapan pemberian perlakuan dengan bahan-bahan anorgarik (kimia), sekarang ini sudah sangat memberikan dampak yang kurang menguntungkan bagi keseimbangan ekosistem seperti terjadinya pencemaran air. Untuk mengatasi hal ini maka bioteknologi NT 45 bisa memberikan solusi.
Bioteknologi NT 45 ditemukan dengan memanfaatkan makhluk hidup kecil/mikroorganisme dan dipergunakan bagi kepentingan hidup manusia maupun terhadap lingkungan dan dirancang sedemikian rupa sehingga sangat mudah dalam penggunaannya, baik oleh masyarakat dengan pengetahuan bertani alami (petani/nelayan) maupun oleh kalangan terdidik. Dalam pembuatan NT 45 tidak mempergunakan senyawa kimia, sehingga tidak berbahaya kalau teijadi kesalahan penggunaan seperti termakan oleh manusia maupun binatang.
Bioteknologi NT 45 mempunyai kemampuan kerja yang sangat luar biasa untuk memperbaiki struktur tanah yang sudah rusak, dengan cara: (a) Penguraian nutrisi yang sangat sempurna dan molekul-molekul bahan organic, (b) Dapat melakukan penguraian rangakaian kimia berbahaya seperti racun dan gas berbahaya metan, (c) Sanggup memfermentasikan bahan organic dalam waktu singkat (56 jam) untuk membuat pupuk organic, (d) Mempunyai kemampuan masuk ke dalam/ke bawah permukaan tanah yang dalam dan menguraikan kontaminasi logam tanah sekalipun pada jenis tanah podzoil merah kuning dan (e) Dapat melepaskan bermacam-macam mineral dari ikatan molekul tanah.
Dalam kerjanya untuk menurunkan kadar asam tanah, bioteknologi NT 45 berbeda dengan kapur (dolomit) yang dipakai oleh kebanyakan orang selama ini. Bakteri NT 45 dapat memproses bakteri dengan dua system sekaligus yaitu aerob dan an-aerob, yang artinya dapat berproses pada kedalaman tanah yang sangat dalam. Bioteknologi NT 45 dapat merombak asam tanah menjadi beberapa macam jenis asam terurai yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Sedangkan perlakuan pemberian dolomite sifatnya tidak bertahan lama atau hanya sementara, karena setelah reaksi oksidasi kapur habis terhadap oksigen (jenuh) kapur akan menjadi keras kembali bersama tanah. Ditambah tragisnya, dolomite dapat membunuh atau memperlambat proses kerja bakteri yang ada dalam tanah.
Bioteknologi NT 45 mempunyai peran penting untuk menumbuhkan kehidupan jasad renik di dalam tanah yang penting bagi kepentingan kelangsungan hidup tanah tersebut untuk jangka panjang, terutama untuk tumbuhan. Mempertahankan kehidupan jasad renik berarti juga memikirkan kehidupan kegiatan bertani pada masa depan atau berkelanjutan tanpa merusak lingkungan disamping juga dapat melakukan efisiensi terhadap biaya produksi dengan hasil atau keuntungan yang maksimal. Prinsipnya dengan mempertahankan kehidupan jasad renik, berarti tanaman sudah terbantu untuk memperoleh nutrisi alami melalui proses penguraian bahan organic, karena dengan cara ini lapisan permukaan tanah akan diperkaya dengan humus yang dibentuk oleh tanaman itu sendiri, sehingga pemupukan dari luar dengan mempergunakan bahan kimia tidak diperlukan lagi.
Penerapan Bioteknologi NT 45 sudah dikembangkan untuk pengembangan lebih luas di Kelompok Tani Payakumbuh dan Kabupaten Lima Puluh Kota telah diterapkan kembali tahun 2004 dan dari satu petani ke petani yang lain sehingga baru menular kepada Balai Pembibitan Ikan Dinas Perikanan Kota Payakumbuh dan Kabupaten Lima Puluh Kota.
Untuk membesarkan ikan 1 ton hanya dibutuhkan bahan olahan lokal dengan teknologi NT 45, kita sebut saja SI 45 sebanyak 200 Kg dimana harga produksi hanya ± Rp. 500,-/Kg. Dalam tempo 6 bulan saja teknik perikanan ini telah mendorong peningkatan puluhan hektar kolam ikan dengan kualitas produksi lebih baik dari pellet buatan pabrik.
Ciri-ciri ikan dengan pemberian pakan bawah dan pengolahan tanah dengan Metode NT 45 total organic: Daging ikan merah; Tidak berlemak banyak; Kadar air rendah; Lebih tahan terhadap virus; Lebih cepat berkembang; Tidak kanibal sesamanya; Jarang ke permukuan air; Rasa ikan Iebih gurih.
Berdasarkan kelebihan yang dimiliki oleh Bioteknologi NT 45 yaitu bersifat ramah lingkungan dan menggunakan bahan baku yang bersumber local (non impor) yang mudah diperoleh, dapat diproduksi dengan biaya terjangkau, mudah dibuat dan diaplikasikan dan telah terbukti memberikan hasil yang memuaskan, maka kami dari Tim NT 45 mengikuti lomba teknologi tepat guna masyarakat pesisir.
Keunggulan/Kelebihan inovasi/karya
Berikut adalah keunggulan pengembangan penerapan bioteknologi NT 45 dalam tambak air payau dibandingkan dengan yang telah dilakukan secara konvensional dengan menggunakan bahan-bahan kimia:
No.
Uraian Kegiatan
Kondisi Awal (Konvensional)
Kondisi yang Diharapkan (Bioteknolongi)
1
Panen:
SR min. 90 %
SR min. 90%
Ikan Nila gift
SR min. 50%
SR min. 50%
Kepiting Bakau
2
Analisis usaha:
Biaya Produksi
₨. 7.770.000
Minus 40%
Pendapatan
₨. 10.140.000
Meningkat
Keuntungan
₨. 2.370.000
Meningkat
B/C Ratio
1,30
-
Jangka Waktu
3 bulan
Selamanya
Income per orang
₨. 400.000
Meningkat
3
Operaisonal budidaya:
Pengolahan Tanah Dasar
+ kapur
BIOTEKOLOGI
Pemberantasan Hama
+ Nikotin dan Decis
BIOTEKOLOGI
Air Kolam
+ Nikotin dan Decis
BIOTEKOLOGI
Pemberian Pupuk Organik
Urea + TSP +NPK
BIOTEKOLOGI
Pakan
Charoon Pophan
BIOTEKOLOGI
4
Pendampingan
Selama jangka waktu proyek
Selama jangka waktu program
5
Monitoring dan Evaluasi
Setiap bulan
Setiap bulan
6
Standar Oerasional Prosedur
-
Ada
7
Management Cooperation
-
Ada
II. Metode Kegiatan
A. Alat dan Bahan yang Digunakan
*
Alat yang digunakan: cangkul untuk mengaduk pakan, karung plastik, wakom tempat air, thermometer, kertas lakmus/PH meter.
*
Bahan yang digunakan: Kotoran ayam petelur/Kotoran sapi, dedak halus, NT 45 seri j, kulit coklat, batang sagu, air sumur (tidak berasal dari PAM karena menggunakan kaporit), jerami padi, 10 Kg darah segar.
B. Urutan Cara Pembuatan Pakan Ikan
Sebelum membicarakan masalah cara pembuatan pakan maka diawali dulu dimulai dari pembuatan bibit, karena pakan yang bgaus kalau bibit tidak bagus maka hasil yang diperoleh kurang memuaskan terus dilanjutkan dengan pengolahan lahan kolam baru masuk kepada pembuatan pakan ikan. Berikut tahapan-tahapan yang dimaksud sebagai berikut:
1. Proses Pembuatan Bibit
Dalam persiapan mulai dan proses pembuatan bibit ikan sampai pembesaran minimal diperlukan Iangkah-Iangkah dengan menerapkan manejemen kolam sebagai berikut: (Lihat Gambar 1)
1. Mulai dari proses perkawinan antara pejantan dengan betina menghasilkan telur terjadi pada kolam pertama.
2. Lalu telur menetas menghasilkan anak ikan yang sering disebut sabuak terjadi pada kolam kedua.
3. Sabuak dimasukkan ke dalam kolam ke tiga untuk pembesaran selama 3 minggu atau 21 hari. Pada hari ke 21 dilakukan penyaringan.
4. System penyaringan selalu dilakukan dengan 4 (empat) tahap, pada tahap pertama dipilih dengan ukuran sebesar anak korek api. Bagi bibit ikan yang tidak lolos dimasukkan kembali ke dalam kolam ke tiga. Dibiarkan selama satu minggu atau 7 hari, setelah itu dilakukan kembali penyaringan, demikian seterusnya sampai 4 (empat) kali perlakuan.
5. Kemudian anak ikan sebesar korek api dibesarkan pada kolam ke empat selama tiga minggu atau 21 hari.
6. Lalu dilakukan penyaringan, hasil saringan tersebut diperkirakan sebesar puntung rokok atau 5 - 7 cm. bagi yang tidak lolos dimasukkan kembali ke dalam kolam ke empat, demikian seterusnya dengan perlakuan yang sama.
7. Anak ikan sebesar puntung rokok dibesarkan pada kolam ke lima selama tiga minggu atau 21 hari.
8. Lalu dilakukan penyaringan. Hasil saringan ini disebut anak ikan diperkirakan sebesar 2,5 jari atau 8 - 12 cm yang siap untuk pembesaran ikan pedaging. Bagi yang tidak lolos dimasukkan kembali ke dalam kolam ke lima, demikian seterusnya dengan perlakuan yang sama.
9. Anak ikan pedaging dimasukkan ke dalam kolam ke enam dan dibesarkan selama tiga minggu atau 21 hari.
10. Jika kita ingin menghasilkan daging ikan (fillet) yang berkualitas tinggi dilakukan lagi penyaringan dan dibesarkan pada kolam ke tujuh.
11. Dari kolam ke tujuh ini akan menghasilkan induk ikan berkualitas tinggi atau unggul dan sering disebut sebagai F1.
2. Pengolahan Lahan
1. Pembuatan kolam; untuk jelasnya Iihat Manajemen Kolam (Gambar 1).
2. Penyemprotan kolam; bahan dibuat dari rendaman jerami selama 4 (empat) hari dengan 1 (satu) liter NT 45 seri J ditambah air sumur 200 liter, tidak boleh air PDAM.
3. Peningkatan perkembangan jasad renik tanaman kecil dengan cara pemberian pupuk organic sebanyak 0,4 kg/m2. Pupuk organic diolah dari bahan limbah sapi + abu sekam + dedak dan NT 45 sen J dengan komposisi untuk 1 ton pupuk organic yaitu: limbah sapi 400 kg, abu sekam 400 kg, dedak 200 kg dan 2 liter NT 45 seri J.
4. Dibiarkan kolam selama 4 - 6 hari.
5. Buat lobang pada dasar kolam dengan ukuran 40 x 40 x 40 cm3. Untuk lebih jelasnya lihat Gambar 2, 3 dan 4.
3. Pembuatan Pakan
Keterangan dibawah ini untuk teknik pakan bawah:
1. Formula Satu (P1) dibuat dari bahan kotoran ayam petelur/kotoran sapi + dedak halus/bekatul dengan perbandingan 4 : 1, disemprot dengan NT 45 seri J dengan perbandingan 1 liter NT 45 seri J dengan 200 liter air sumur sampai becek kemudian ditutup dengan plastik dan dibiarkan selama 3 - 4 hari sampai menghasilkan ulat. Lalu ulat dijemur sampai kering dan kemudian ditumbuk halus.
2. Formula Dua (P2) dibuat dari bahan kotoran ayam petelur/kotoran sapi (yang minum larutan NT 45 seri J) + Sagu + dedak/bekatul dengan perbandingan 4 : 4 : 2 dan ditambah dengan kulit kakao 20% bagian dari total bahan, kemudian ditambah darah segar sebanyak 10 kg untuk pembuatan F2 sebanyak 1 ton = 10 kg. Setelah itu ditambah dengan air endapan dedak yang telah dibakar secukupnya. Semua bahan di atas dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk dilakukan proses fermentasi selama 7 hari dengan metode an-aerob.
3. Jerami padi.
4. Formula Satu (P1) dicampur Formula Dua (P2) dengan perbandingan 1 : (4 sampai 6). Campuran ini dinamakan Formula Tiga (P3).
5. Jerami padi dan Formula Tiga (P3) dimasukkan ke dalam lubang dasar kolam yang telah disiapkan pada Iangkah 5 pengolahan lahan. Biarkan bahan di atas selama 7 hari.
6. Setelah diletakkan pakan bawah selama 7 hari masukkan air ke dalam kolam dan biarkan selama 4 hari.
7. Ukur pH air kolam. Apabila sudah di atas pH 6 masukkan bibit ikan.
8. Awasi kondisi cuaca. Apabila sudah musim panas terjadi hujan ukur pH air dengan kertas lakmus. Apabila pH nya turun dan ikan kesulitan tebarkan NT 45 seri J ke dalam kolam secara langsung secukupnya dan lihat perubahan pada ikan.
Keterangan di bawah ini untuk teknik pakan atas:
1. Ukur ke laboratorium Formula Satu (P1).
2. Ukur ke laboratorium Formula Dua (P2).
3. Kombinasi Formula Satu (P1) dan Formula Dua (P2) dinamakan Formula Tiga (P3). Jika hasil uji laboratorium kadar protein 24 - 32% berarti siap pakai. Jika tak tercapai perbanyak perbandingan P1 dalam membuat P3.
4. Jika telah tercapai komposisi nutrisi yang diinginkan sudah dapat dicetak dan jika diinginkan untuk merapung di atas permukaan air P3 dapat dicampur dengan CPO/ampas rninyak kelapa sehingga menjadi Formula Empat (P4) yang mengandung minyak dan dapat merapung. Perlu perhatian penting saat mencetak pellet jangan sampai temperature pencetakan pellet lebih dari 50° Celcius.
5. Keringkan pakan yang telah dicetak dengan mesin pengering/fakum sehingga kadar air di bawah 10%.
6. Simpan pakan ditempat tertutup/packing ke dalam kantung plastic atau karung kemasan lainnya.
Keterangan di atas ini jika dibuat dalam bentuk dan jumlah banyak maka perlu dijadikan sebuah industri pakan ikan. Untuk itu diperlukan sarana dan prasarana seperti di bawah ini:
Prasarana
1. Gudang bahan-bahan material
2. Bangunan Industri
3. Bangunan Packeging
4. Bangunan Penimbunan/stok
5. Bangunan Kantor
6. Bangunan Penjagaan
Sarana
1. Mesin Pengaduk Material
2. Bangunan Fermentasi
3. Mesin Pencetak
4. Mesin Pengering/vakum
5. Mesin Packeging
6. Alat Pengangkut
C. Komposisi yang Digunakan pada Pembuatan Pakan Ikan
1. Komposis formula 1 (satu) adalah kotoran ayam petelur/kotoran sapi + dedak halus/bekatul dengan perbandingan 4 : 1, disemprot dengan NT 45 seri J dengan perbandingan 1 liter NT 45 seri J dengan 200 liter air sumur sampai becek, biasanya untuk pembuatan satu ton pakan ikan formula 1 (satu) memerlukan kotoran 800 kg kotoran ayam petelur atau kotoran sapi, 200 kg dedak/bekatul dan 3 liter NT 45 seri J kemudian ditutup dengan plastik dan dibiarkan selama 3 - 4 hari sampai menghasilkan ulat. Lalu ulat dijemur sampai kering dan kemudian ditumbuk halus.
2. Formula Dua (P2) dibuat dari bahan kotoran ayam petelur/kotoran sapi (yang minum larutan NT 45 seri J) + Sagu + dedak/bekatul dengan perbandingan 4 : 4 : 2 dan ditambah dengan kulit kakao 20% bagian dari total bahan, kemudian ditambah darah segar sebanyak 10 kg untuk pembuatan F2 sebanyak 1 ton = 10 kg. Setelah itu ditambah dengan air endapan dedak yang telah dibakar secukupnya. Semua bahan di atas dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk dilakukan proses fermentasi selama 7 hari dengan metode an-aerob.
3. Jerami padi.
4. Formula Satu (P1) dicampur Formula Dua (P2) dengan perbandingan 1 : (4 sampai 6). Campuran ini dinamakan Formula Tiga (P3).
5. Jerami padi dan Formula Tiga (P3) ke dalam Lubang dasar kolam yang telah disiapkan pada langkah 5 pengolahan lahan. Biarkan bahan di atas selama 7 hari.
6. Setelah diletakkan pakan bawah selama 7 hari, masukkan air ke dalam kolam dan biarkan selama 4 hari, apabila tidak memungkinkan menaruh pakan formula 3 di dasar kolam, bisa digantung di atas perairan kolam yang dikenal dengan pakan atas dengan menggunakan Ban. Peletakan pakan ini tergantung situasi kolam.
7. Ukur pH air kolam. Apabila sudah di atas pH 6 masukkan bibit ikan.
8. Awasi kondisi cuaca. Apabila sudah musim panas terjadi hujan ukur pH air dengan kertas lakmus. Apabila pH nya turun dan ikan kesulitan tebarkan NT 45 seri J ke dalam kolam secara langsung secukupnya dan lihat perubahan pada ikan.
9. Keterangan di bawah ini untuk teknik pakan atas:
10. lJkur ke laboratonium Formula Satu (P1)
11. Ukur ke laboratorium Formula Dua (P2)
Kombinasi Formula Satu (P1) dan Formula Dua (P2) dinamakan Formula Tiga (P3). Jika hasil uji laboratorium kadar protein 24 - 32% berarti siap pakai. Jika tak tercapai perbanyak perbandingan P1 dalam membuat P3.
12. Jika telah tercapai komposisi nutrisi yang diinginkan sudah dapat dicetak dan jika diinginkan untuk merapung di atas permukaan air P3 dapat dicampur dengan CPO/ampas minyak kelapa sehingga menjadi Formula Empat (P4) yang mengandung minyak dan dapat merapung. Perlu perhatian penting saat mencetak pellet jangan sampai temperature pencetakan pellet lebih dari 50° Celcius.
13. Keringkan pakan yang telah dicetak dengan mesin pengering/vakum sehingga kadar air di bawah 10%
14. Simpan pakan ditempat tertutup/packing ke dalam kantung plastik atau karung kemasan lainnya
D. Cara Menggunakan Karya yang Dihasilkan
* Untuk didasar kolam, pemberiannya cukup satu kali sampai panen dengan umur ikan 120 hari.
* Untuk cara atas kalau tidak memungkinkan membenam di dasar kolam, maka bisa dilakukan dengan cara menggantung diatas kolam dengan menggunakan Ban yang pemberiannya bisa dilakukan seminggu sekali, atau dibuat menjadi pellet yang disebarkan 2 kali setiap hari. Jadi cara pemberian pakan ikan mi sangat tergantung kepada situasi kolam ikan.
E. Komponen Biaya Pembuatan
1. Biaya Pembuatan Formula
E. Komponen Biaya Pembuatan
Copyright (c) DITJEN KP3K - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2010
Adapun manfaat yang diperoleh dari pengembangan teknologi ini yaitu diharapkan dengan menerapkan teknologi tepat guna bioteknologi NT 45 akan meningkatkan pendapatan petani/nelayan di daerah pesisir, mengurangi ketergantungan petani/nelayan terhadap pakan ikan impor, serta sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah dan pusat dalam pengembangan kebijakan bidang budidaya perikanan khususnya bidang pengembangan pakan ikan.
Pendahuluan
Produk bioteknologi yang didatangkan sendiri diluar ataupun yang dikembangkan sendiri oleh berbagai investasi maupun perusahaan masih merupakan produk parsial belum menjadi produksi dalam satu rangkaian program seperti pertanian secara khususnya bidang perikanan secara utuh. Mulai dari pengolahan tanah, membuat pupuk, anti hama dan anti virus serta pengawetan hasil produksi.
Pada tahun 1997 kondisi moneter di Indonesia mulai menampakkan gejala yang semakin hari semakin terpuruk dan berpuncak pada Tahun 1998 ekonomi Indonesia betul-betul sudah sekarat. Maka tim NT 45 mencoba menerapkannya Bioteknologi NT 45 dan telah memberikan solusi di bidang Lingkup Pertanian untuk menurunkan biaya produksi dan menaikkan kualitas produksi.
Usaha perikanan darat merupakan usaha masyarakat yang sangat potensial karena nusantara ini kaya akan sumber daya air, khususnya sumatera barat yang dijajari oleh Bukit Barisan dan merupakan hulu dari berpucuk sungai yang rata-rata bermuara ke Pantai Barat.
Perikanan darat di Sumatera Barat selama ini menjadi primadona usaha petani sehingga mampu mensuplai daerah Riau, Jambi dan sebagian Sumatera Utara. Karena disamping mempunyai sungai yang banyak juga mempunyai danau yang luas dan banyak; tetapi sekarang jumah petani ikan menurun secara drastic yang biasa kita lihat di daerah-daerah Kawasan Pesisir seperti Kabupaten Padang Pariaman dan Kabupaten Pesisir Selatan, sehingga bangunan ikan kolam air deras yang tadi merupakan penghasil ikan terbanyak sekarang menjadi bangunan berlumut. Danau Maninjau yang tadinya menjadi Industri Perikanan Ikan Darat dengan produksi puluhan ton per hari, namun sekarang kita lihat banyak keramba lapuk terapung di atas danau menunggu sebuah harapan baru untuk hidup kembali.
Selama bertahun-tahun masyarakat perikanan hidup dengan pakan ikan dari pabrik bermacam-macam merk. Sekarang tidak sesuai lagi karena tingginya harga pellet dibanding penjualan ikan; contoh Biaya Produksi Perikanan Darat untuk 1 Kg ikan konsumsi: Pakan 2 Kg x Rp. 4.000,- = Rp. 8.000.000,- ; Upah kerja (20 - 25%); Penyusutan investasi jala apung setiap produksi 5%; Total biaya produksi: Penjualan ikan ditempat (Rp. 10.500,00 - Rp. 11.000,00) Kg; Kalau kita ambil upah + investasi 25%; Pakan menjadi 72%; Biaya Produksi menjadi 97% sehingga sudah tidak layak lagi bagi petani untuk menjadi pelaku ekonomi artinya masyarakat hanya sebagai buruh penjual pakan ikan.
Persoalan pakan merupakan tiang utama di dalam usaha petani ikan, walaupun kualitas bibit ikan juga merupakan bagian terpenting. Teknologi NT 45 telah mengembangkan sebuah Perikanan Darat dengan pembesaran ikan melalui pengembangan zoo plankton dan memperkaya unsur tanah kolam. Dan ternyata setelah ± 5 tahun berjalan, pakan industri pabrik mulai tidak layak bagi masyarakat. Petani yang tadinya dididik melalui program kerjasama NT 45 dengan UNDP Tahun 1999 kembali mengingat apa yang mereka terima dahulunya bersama petani ketika di Sijunjung.
Permasalahan yang akan ditangani adalah untuk menjawab hambatan masalah mahalnya pakan ikan sehingga biaya produksi menjadi besar. Untuk menjawab ini maka telah ditemukan teknologi yang dihasilkan lebih kurang 10 (sepuluh) tahun yaitu berupa bioteknologi NT 45 dengan penemunya Ir. Darmansyah, MSc.
Kegiatan ini kami usulkan dilatar belakangi, karena jangan sampai hasil temuan tersebut jatuh ketangan kapitalis untuk kepentingan orang seorang tertentu. Niat ini adalah sebagai sumbangan dan wujud nyata kegiatan kami ke dalam kehidupan masyarakat luas, agar temuan tersebut berguna untuk orang banyak.
Untuk meningkatkan ekonomi dari petani/nelayan, sudah banyak usaha yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh nelayan itu sendiri. Salah satunya adalah usaha tambak ikan air payau, namun usaha ini belum bisa menjawab persoalan yang dialami, karena usaha tersebut membutuhkan biaya produksi yang tinggi, terutama dari penggunaan pakan berupa pellet dan sulitnya pemasaran hasil panen.
Tingginya biaya produksi diakibatkan oleh penggunaan bahan yang tidak sesuai atau pengetahuan yang minim, sehingga keluar dari jalur pemakaian itu sendiri atau tidak adanya tenaga ahli yang mendampingi usaha tersebut dipanen, seringkali petani/nelayan masih menjumpai permasalahan pada pemasarannya. Sulitnya pemasaran mengakibatkan kerugian yang besar dan bertambahnya biaya produksi.
Untuk itu, maka dibutuhkan sebuah unit usaha kelompok petani/nelayan yang didampingi oleh tenaga ahli, sehingga akan menciptakan support program untuk menerapkan teknologi tepat guna, khususnya dengan penerapan aplikasi bioteknologi NT 45 dalam tambak, transparansi manajemen kelembagaan dan dukungan financial.
Pemakaian NT 45 untuk usaha perikanan akan dititik beratkan pada system pemelilaaraan yang alami yaitu dengan kolam konvensional dimana tanah bahagian bawah kolam diolah dan diberi pupuk organic (kompos) yang akan menjadi pakan bernutrisi tinggi. Akibatnya jasad renik kolam akan meningkat dan memperkaya protein alami yang bermutu tinggi. Sehingga kualitas dan mutu daging ikan akan lebih baik dan biaya pakan akan lebih murah serta ikan akan cepat besar.
Keunggulan yang lain dengan penerapan Bioteknologi NT 45 adalah mengembalikan keseimbangan ekosistem dengan menerapkan prinsip-prinsip kembali ke alam (back to nature). Terlebih sekarang ini kesadaran konsumen akan kesehatan semakin tinggi, hal ini akan memberikan peluang kepada petani/nelayan untuk memproduksi produk-produk secara organic sudah semakin menjadi kebutuhan konsumen. Dampak penerapan pemberian perlakuan dengan bahan-bahan anorgarik (kimia), sekarang ini sudah sangat memberikan dampak yang kurang menguntungkan bagi keseimbangan ekosistem seperti terjadinya pencemaran air. Untuk mengatasi hal ini maka bioteknologi NT 45 bisa memberikan solusi.
Bioteknologi NT 45 ditemukan dengan memanfaatkan makhluk hidup kecil/mikroorganisme dan dipergunakan bagi kepentingan hidup manusia maupun terhadap lingkungan dan dirancang sedemikian rupa sehingga sangat mudah dalam penggunaannya, baik oleh masyarakat dengan pengetahuan bertani alami (petani/nelayan) maupun oleh kalangan terdidik. Dalam pembuatan NT 45 tidak mempergunakan senyawa kimia, sehingga tidak berbahaya kalau teijadi kesalahan penggunaan seperti termakan oleh manusia maupun binatang.
Bioteknologi NT 45 mempunyai kemampuan kerja yang sangat luar biasa untuk memperbaiki struktur tanah yang sudah rusak, dengan cara: (a) Penguraian nutrisi yang sangat sempurna dan molekul-molekul bahan organic, (b) Dapat melakukan penguraian rangakaian kimia berbahaya seperti racun dan gas berbahaya metan, (c) Sanggup memfermentasikan bahan organic dalam waktu singkat (56 jam) untuk membuat pupuk organic, (d) Mempunyai kemampuan masuk ke dalam/ke bawah permukaan tanah yang dalam dan menguraikan kontaminasi logam tanah sekalipun pada jenis tanah podzoil merah kuning dan (e) Dapat melepaskan bermacam-macam mineral dari ikatan molekul tanah.
Dalam kerjanya untuk menurunkan kadar asam tanah, bioteknologi NT 45 berbeda dengan kapur (dolomit) yang dipakai oleh kebanyakan orang selama ini. Bakteri NT 45 dapat memproses bakteri dengan dua system sekaligus yaitu aerob dan an-aerob, yang artinya dapat berproses pada kedalaman tanah yang sangat dalam. Bioteknologi NT 45 dapat merombak asam tanah menjadi beberapa macam jenis asam terurai yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Sedangkan perlakuan pemberian dolomite sifatnya tidak bertahan lama atau hanya sementara, karena setelah reaksi oksidasi kapur habis terhadap oksigen (jenuh) kapur akan menjadi keras kembali bersama tanah. Ditambah tragisnya, dolomite dapat membunuh atau memperlambat proses kerja bakteri yang ada dalam tanah.
Bioteknologi NT 45 mempunyai peran penting untuk menumbuhkan kehidupan jasad renik di dalam tanah yang penting bagi kepentingan kelangsungan hidup tanah tersebut untuk jangka panjang, terutama untuk tumbuhan. Mempertahankan kehidupan jasad renik berarti juga memikirkan kehidupan kegiatan bertani pada masa depan atau berkelanjutan tanpa merusak lingkungan disamping juga dapat melakukan efisiensi terhadap biaya produksi dengan hasil atau keuntungan yang maksimal. Prinsipnya dengan mempertahankan kehidupan jasad renik, berarti tanaman sudah terbantu untuk memperoleh nutrisi alami melalui proses penguraian bahan organic, karena dengan cara ini lapisan permukaan tanah akan diperkaya dengan humus yang dibentuk oleh tanaman itu sendiri, sehingga pemupukan dari luar dengan mempergunakan bahan kimia tidak diperlukan lagi.
Penerapan Bioteknologi NT 45 sudah dikembangkan untuk pengembangan lebih luas di Kelompok Tani Payakumbuh dan Kabupaten Lima Puluh Kota telah diterapkan kembali tahun 2004 dan dari satu petani ke petani yang lain sehingga baru menular kepada Balai Pembibitan Ikan Dinas Perikanan Kota Payakumbuh dan Kabupaten Lima Puluh Kota.
Untuk membesarkan ikan 1 ton hanya dibutuhkan bahan olahan lokal dengan teknologi NT 45, kita sebut saja SI 45 sebanyak 200 Kg dimana harga produksi hanya ± Rp. 500,-/Kg. Dalam tempo 6 bulan saja teknik perikanan ini telah mendorong peningkatan puluhan hektar kolam ikan dengan kualitas produksi lebih baik dari pellet buatan pabrik.
Ciri-ciri ikan dengan pemberian pakan bawah dan pengolahan tanah dengan Metode NT 45 total organic: Daging ikan merah; Tidak berlemak banyak; Kadar air rendah; Lebih tahan terhadap virus; Lebih cepat berkembang; Tidak kanibal sesamanya; Jarang ke permukuan air; Rasa ikan Iebih gurih.
Berdasarkan kelebihan yang dimiliki oleh Bioteknologi NT 45 yaitu bersifat ramah lingkungan dan menggunakan bahan baku yang bersumber local (non impor) yang mudah diperoleh, dapat diproduksi dengan biaya terjangkau, mudah dibuat dan diaplikasikan dan telah terbukti memberikan hasil yang memuaskan, maka kami dari Tim NT 45 mengikuti lomba teknologi tepat guna masyarakat pesisir.
Keunggulan/Kelebihan inovasi/karya
Berikut adalah keunggulan pengembangan penerapan bioteknologi NT 45 dalam tambak air payau dibandingkan dengan yang telah dilakukan secara konvensional dengan menggunakan bahan-bahan kimia:
No.
Uraian Kegiatan
Kondisi Awal (Konvensional)
Kondisi yang Diharapkan (Bioteknolongi)
1
Panen:
SR min. 90 %
SR min. 90%
Ikan Nila gift
SR min. 50%
SR min. 50%
Kepiting Bakau
2
Analisis usaha:
Biaya Produksi
₨. 7.770.000
Minus 40%
Pendapatan
₨. 10.140.000
Meningkat
Keuntungan
₨. 2.370.000
Meningkat
B/C Ratio
1,30
-
Jangka Waktu
3 bulan
Selamanya
Income per orang
₨. 400.000
Meningkat
3
Operaisonal budidaya:
Pengolahan Tanah Dasar
+ kapur
BIOTEKOLOGI
Pemberantasan Hama
+ Nikotin dan Decis
BIOTEKOLOGI
Air Kolam
+ Nikotin dan Decis
BIOTEKOLOGI
Pemberian Pupuk Organik
Urea + TSP +NPK
BIOTEKOLOGI
Pakan
Charoon Pophan
BIOTEKOLOGI
4
Pendampingan
Selama jangka waktu proyek
Selama jangka waktu program
5
Monitoring dan Evaluasi
Setiap bulan
Setiap bulan
6
Standar Oerasional Prosedur
-
Ada
7
Management Cooperation
-
Ada
II. Metode Kegiatan
A. Alat dan Bahan yang Digunakan
*
Alat yang digunakan: cangkul untuk mengaduk pakan, karung plastik, wakom tempat air, thermometer, kertas lakmus/PH meter.
*
Bahan yang digunakan: Kotoran ayam petelur/Kotoran sapi, dedak halus, NT 45 seri j, kulit coklat, batang sagu, air sumur (tidak berasal dari PAM karena menggunakan kaporit), jerami padi, 10 Kg darah segar.
B. Urutan Cara Pembuatan Pakan Ikan
Sebelum membicarakan masalah cara pembuatan pakan maka diawali dulu dimulai dari pembuatan bibit, karena pakan yang bgaus kalau bibit tidak bagus maka hasil yang diperoleh kurang memuaskan terus dilanjutkan dengan pengolahan lahan kolam baru masuk kepada pembuatan pakan ikan. Berikut tahapan-tahapan yang dimaksud sebagai berikut:
1. Proses Pembuatan Bibit
Dalam persiapan mulai dan proses pembuatan bibit ikan sampai pembesaran minimal diperlukan Iangkah-Iangkah dengan menerapkan manejemen kolam sebagai berikut: (Lihat Gambar 1)
1. Mulai dari proses perkawinan antara pejantan dengan betina menghasilkan telur terjadi pada kolam pertama.
2. Lalu telur menetas menghasilkan anak ikan yang sering disebut sabuak terjadi pada kolam kedua.
3. Sabuak dimasukkan ke dalam kolam ke tiga untuk pembesaran selama 3 minggu atau 21 hari. Pada hari ke 21 dilakukan penyaringan.
4. System penyaringan selalu dilakukan dengan 4 (empat) tahap, pada tahap pertama dipilih dengan ukuran sebesar anak korek api. Bagi bibit ikan yang tidak lolos dimasukkan kembali ke dalam kolam ke tiga. Dibiarkan selama satu minggu atau 7 hari, setelah itu dilakukan kembali penyaringan, demikian seterusnya sampai 4 (empat) kali perlakuan.
5. Kemudian anak ikan sebesar korek api dibesarkan pada kolam ke empat selama tiga minggu atau 21 hari.
6. Lalu dilakukan penyaringan, hasil saringan tersebut diperkirakan sebesar puntung rokok atau 5 - 7 cm. bagi yang tidak lolos dimasukkan kembali ke dalam kolam ke empat, demikian seterusnya dengan perlakuan yang sama.
7. Anak ikan sebesar puntung rokok dibesarkan pada kolam ke lima selama tiga minggu atau 21 hari.
8. Lalu dilakukan penyaringan. Hasil saringan ini disebut anak ikan diperkirakan sebesar 2,5 jari atau 8 - 12 cm yang siap untuk pembesaran ikan pedaging. Bagi yang tidak lolos dimasukkan kembali ke dalam kolam ke lima, demikian seterusnya dengan perlakuan yang sama.
9. Anak ikan pedaging dimasukkan ke dalam kolam ke enam dan dibesarkan selama tiga minggu atau 21 hari.
10. Jika kita ingin menghasilkan daging ikan (fillet) yang berkualitas tinggi dilakukan lagi penyaringan dan dibesarkan pada kolam ke tujuh.
11. Dari kolam ke tujuh ini akan menghasilkan induk ikan berkualitas tinggi atau unggul dan sering disebut sebagai F1.
2. Pengolahan Lahan
1. Pembuatan kolam; untuk jelasnya Iihat Manajemen Kolam (Gambar 1).
2. Penyemprotan kolam; bahan dibuat dari rendaman jerami selama 4 (empat) hari dengan 1 (satu) liter NT 45 seri J ditambah air sumur 200 liter, tidak boleh air PDAM.
3. Peningkatan perkembangan jasad renik tanaman kecil dengan cara pemberian pupuk organic sebanyak 0,4 kg/m2. Pupuk organic diolah dari bahan limbah sapi + abu sekam + dedak dan NT 45 sen J dengan komposisi untuk 1 ton pupuk organic yaitu: limbah sapi 400 kg, abu sekam 400 kg, dedak 200 kg dan 2 liter NT 45 seri J.
4. Dibiarkan kolam selama 4 - 6 hari.
5. Buat lobang pada dasar kolam dengan ukuran 40 x 40 x 40 cm3. Untuk lebih jelasnya lihat Gambar 2, 3 dan 4.
3. Pembuatan Pakan
Keterangan dibawah ini untuk teknik pakan bawah:
1. Formula Satu (P1) dibuat dari bahan kotoran ayam petelur/kotoran sapi + dedak halus/bekatul dengan perbandingan 4 : 1, disemprot dengan NT 45 seri J dengan perbandingan 1 liter NT 45 seri J dengan 200 liter air sumur sampai becek kemudian ditutup dengan plastik dan dibiarkan selama 3 - 4 hari sampai menghasilkan ulat. Lalu ulat dijemur sampai kering dan kemudian ditumbuk halus.
2. Formula Dua (P2) dibuat dari bahan kotoran ayam petelur/kotoran sapi (yang minum larutan NT 45 seri J) + Sagu + dedak/bekatul dengan perbandingan 4 : 4 : 2 dan ditambah dengan kulit kakao 20% bagian dari total bahan, kemudian ditambah darah segar sebanyak 10 kg untuk pembuatan F2 sebanyak 1 ton = 10 kg. Setelah itu ditambah dengan air endapan dedak yang telah dibakar secukupnya. Semua bahan di atas dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk dilakukan proses fermentasi selama 7 hari dengan metode an-aerob.
3. Jerami padi.
4. Formula Satu (P1) dicampur Formula Dua (P2) dengan perbandingan 1 : (4 sampai 6). Campuran ini dinamakan Formula Tiga (P3).
5. Jerami padi dan Formula Tiga (P3) dimasukkan ke dalam lubang dasar kolam yang telah disiapkan pada Iangkah 5 pengolahan lahan. Biarkan bahan di atas selama 7 hari.
6. Setelah diletakkan pakan bawah selama 7 hari masukkan air ke dalam kolam dan biarkan selama 4 hari.
7. Ukur pH air kolam. Apabila sudah di atas pH 6 masukkan bibit ikan.
8. Awasi kondisi cuaca. Apabila sudah musim panas terjadi hujan ukur pH air dengan kertas lakmus. Apabila pH nya turun dan ikan kesulitan tebarkan NT 45 seri J ke dalam kolam secara langsung secukupnya dan lihat perubahan pada ikan.
Keterangan di bawah ini untuk teknik pakan atas:
1. Ukur ke laboratorium Formula Satu (P1).
2. Ukur ke laboratorium Formula Dua (P2).
3. Kombinasi Formula Satu (P1) dan Formula Dua (P2) dinamakan Formula Tiga (P3). Jika hasil uji laboratorium kadar protein 24 - 32% berarti siap pakai. Jika tak tercapai perbanyak perbandingan P1 dalam membuat P3.
4. Jika telah tercapai komposisi nutrisi yang diinginkan sudah dapat dicetak dan jika diinginkan untuk merapung di atas permukaan air P3 dapat dicampur dengan CPO/ampas rninyak kelapa sehingga menjadi Formula Empat (P4) yang mengandung minyak dan dapat merapung. Perlu perhatian penting saat mencetak pellet jangan sampai temperature pencetakan pellet lebih dari 50° Celcius.
5. Keringkan pakan yang telah dicetak dengan mesin pengering/fakum sehingga kadar air di bawah 10%.
6. Simpan pakan ditempat tertutup/packing ke dalam kantung plastic atau karung kemasan lainnya.
Keterangan di atas ini jika dibuat dalam bentuk dan jumlah banyak maka perlu dijadikan sebuah industri pakan ikan. Untuk itu diperlukan sarana dan prasarana seperti di bawah ini:
Prasarana
1. Gudang bahan-bahan material
2. Bangunan Industri
3. Bangunan Packeging
4. Bangunan Penimbunan/stok
5. Bangunan Kantor
6. Bangunan Penjagaan
Sarana
1. Mesin Pengaduk Material
2. Bangunan Fermentasi
3. Mesin Pencetak
4. Mesin Pengering/vakum
5. Mesin Packeging
6. Alat Pengangkut
C. Komposisi yang Digunakan pada Pembuatan Pakan Ikan
1. Komposis formula 1 (satu) adalah kotoran ayam petelur/kotoran sapi + dedak halus/bekatul dengan perbandingan 4 : 1, disemprot dengan NT 45 seri J dengan perbandingan 1 liter NT 45 seri J dengan 200 liter air sumur sampai becek, biasanya untuk pembuatan satu ton pakan ikan formula 1 (satu) memerlukan kotoran 800 kg kotoran ayam petelur atau kotoran sapi, 200 kg dedak/bekatul dan 3 liter NT 45 seri J kemudian ditutup dengan plastik dan dibiarkan selama 3 - 4 hari sampai menghasilkan ulat. Lalu ulat dijemur sampai kering dan kemudian ditumbuk halus.
2. Formula Dua (P2) dibuat dari bahan kotoran ayam petelur/kotoran sapi (yang minum larutan NT 45 seri J) + Sagu + dedak/bekatul dengan perbandingan 4 : 4 : 2 dan ditambah dengan kulit kakao 20% bagian dari total bahan, kemudian ditambah darah segar sebanyak 10 kg untuk pembuatan F2 sebanyak 1 ton = 10 kg. Setelah itu ditambah dengan air endapan dedak yang telah dibakar secukupnya. Semua bahan di atas dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk dilakukan proses fermentasi selama 7 hari dengan metode an-aerob.
3. Jerami padi.
4. Formula Satu (P1) dicampur Formula Dua (P2) dengan perbandingan 1 : (4 sampai 6). Campuran ini dinamakan Formula Tiga (P3).
5. Jerami padi dan Formula Tiga (P3) ke dalam Lubang dasar kolam yang telah disiapkan pada langkah 5 pengolahan lahan. Biarkan bahan di atas selama 7 hari.
6. Setelah diletakkan pakan bawah selama 7 hari, masukkan air ke dalam kolam dan biarkan selama 4 hari, apabila tidak memungkinkan menaruh pakan formula 3 di dasar kolam, bisa digantung di atas perairan kolam yang dikenal dengan pakan atas dengan menggunakan Ban. Peletakan pakan ini tergantung situasi kolam.
7. Ukur pH air kolam. Apabila sudah di atas pH 6 masukkan bibit ikan.
8. Awasi kondisi cuaca. Apabila sudah musim panas terjadi hujan ukur pH air dengan kertas lakmus. Apabila pH nya turun dan ikan kesulitan tebarkan NT 45 seri J ke dalam kolam secara langsung secukupnya dan lihat perubahan pada ikan.
9. Keterangan di bawah ini untuk teknik pakan atas:
10. lJkur ke laboratonium Formula Satu (P1)
11. Ukur ke laboratorium Formula Dua (P2)
Kombinasi Formula Satu (P1) dan Formula Dua (P2) dinamakan Formula Tiga (P3). Jika hasil uji laboratorium kadar protein 24 - 32% berarti siap pakai. Jika tak tercapai perbanyak perbandingan P1 dalam membuat P3.
12. Jika telah tercapai komposisi nutrisi yang diinginkan sudah dapat dicetak dan jika diinginkan untuk merapung di atas permukaan air P3 dapat dicampur dengan CPO/ampas minyak kelapa sehingga menjadi Formula Empat (P4) yang mengandung minyak dan dapat merapung. Perlu perhatian penting saat mencetak pellet jangan sampai temperature pencetakan pellet lebih dari 50° Celcius.
13. Keringkan pakan yang telah dicetak dengan mesin pengering/vakum sehingga kadar air di bawah 10%
14. Simpan pakan ditempat tertutup/packing ke dalam kantung plastik atau karung kemasan lainnya
D. Cara Menggunakan Karya yang Dihasilkan
* Untuk didasar kolam, pemberiannya cukup satu kali sampai panen dengan umur ikan 120 hari.
* Untuk cara atas kalau tidak memungkinkan membenam di dasar kolam, maka bisa dilakukan dengan cara menggantung diatas kolam dengan menggunakan Ban yang pemberiannya bisa dilakukan seminggu sekali, atau dibuat menjadi pellet yang disebarkan 2 kali setiap hari. Jadi cara pemberian pakan ikan mi sangat tergantung kepada situasi kolam ikan.
E. Komponen Biaya Pembuatan
1. Biaya Pembuatan Formula
E. Komponen Biaya Pembuatan
Copyright (c) DITJEN KP3K - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2010
Langganan:
Postingan (Atom)